Lencana Facebook

sosial ekonomi

Senin, 27 Agustus 2007

sektor riil NTT Masih sebatas wacana

Sebagai daerah kepulauan dengan karakteristik setiap daerah yang berbeda, NTT sangat potensial untuk pengembangan sektor riil. Flores dengan potensinya di bidang pertanian, perkebunan dan perikanan; Timor dengan potensi peternakan dan perkebunan; Sumba dengan potensi peternakan, pertanian dan perkebunan.

Demikian juga dengan pulau-pulau kecil seperti Rote, Sabu dan lainnya. Di Flores ada kacang mete, ikan, pisang, jagung dan singkong. Di Sumba dan Rote ada kacang tanah, rumput laut, di Alor ada kenari, cendana, di Timor ada sapi, cendana, gaharu dan juga rumput laut yang memiliki kualitas lebih baik dari daerah lain. Cendana merupakan tanaman khas NTT yang tidak ditemukan di daerah lain. Demikian juga kenari.
Lalu mengapa sektor riil di NTT tidak jalan atau masih sebatas wacana? Jambu mete dan kayu cendana atau rumput laut yang dikirim dalam bahan baku mentah harganya jauh lebih murah dan tidak memberikan efek ganda bagi masyarakat di daerah ini. Padahal, jika diberi sentuhan teknologi, potensi yang ada bisa menjadi produk dengan nilai jual tinggi.
Cendana misalnya, tidak lagi dikirim dalam bentuk gelondongan tetapi dalam bentuk minyak cendana, produk kerajinan dan lain-lain. Rumput laut diolah menjadi tepung agar-agar atau bahan dasar kosmetika atau produk lainnya. Begitu pun mete tidak lagi dalam bentuk gelondongan tetapi dalam bentuk kacang mete siap saji. Di sisi lain, belum adanya keberanian dari pengusaha maupun perbankan untuk berinvestasi di sektor riil karena alasan risiko tinggi. Akibatnya, potensi-potensi yang ada sifatnya sporadis karena dihasilkan dengan pola tradisional dari lahan-lahan rakyat.
Kondisi ini menimbulkan biaya tinggi dan tidak bisa menjamin kontinuitas produksi. Padahal, kalau potensi yang ada dirumuskan dalam bentuk perkebunan, kendala yang ada bisa diatasi. Jagung, misalnya, meskipun semua daerah di NTT cocok untuk tanaman ini, namun belum ada satu pun pengusaha yang berinvestasi untuk pengembangannya. Demikian juga rumput laut, kakao, kacang tanah, mente, cendana dan lain-lain.
Padahal dana yang mengalir ke daerah untuk pengembangan sektor riil begitu banyak. Peningkatan pertumbuhan sektor riil sebagai dasar struktur ekonomi nasional memang tidak bisa menjadi tanggung jawab satu pihak semata. Perbankan begitu ketat dan selektif memberikan kucuran kredit untuk investasi di sektor riil karena trauma masa lalu.
Dimana, begitu banyaknya kredit macet ketika terjadi krisis ekonomi melanda negeri ini pada tahun 1997. Apalagi, saat ini seorang pejabat perbankan juga bisa masuk penjara karena kredit macet. Selain itu, rendahnya minat perbankan untuk membiayai investasi di sektor riil juga karena kurangnya pengetahuan perbankan terhadap sektor dan prospek investasi yang akan dibiayainya.
Sementara pihak pengusaha atau investor tidak mungkin bergerak tanpa dukungan dana dari perbankan. Di lain pihak jiwa entrepreneur masyarakat NTT yang masih rendah serta pola hidup konsumeristik masyarakat juga merupakan suatu kendala berkembangnya sektor riil di NTT.
Akibatnya, banyak dana yang mengalir ke masyarakat baik dari perbankan, badan usaha milik negara (BUMN) dalam bentuk kredit lunak dan dana-dana untuk usaha ekonomi produktif dari dinas/instansi pemerintah yang diberikan dalam bentuk bantuan langsung masyarakat (BLM) tidak memberikan nilai tambah apa-apa. Bahkan banyak dana yang dikucurkan tersebut macet karena digunakan tidak sesuai peruntukannya.
Berdasarkan data dari Bank Indonesia Cabang Kupang, sampai triwulan kedua tahun 2005, pangsa pasar atau share market pemberian kredit di di NTT 64,88 persen atau Rp 1,541 miliar dari Rp 2,375 miliar total kredit yang disalurkan perbankan di NTT merupakan kredit konsumsi sebagian besar masih didominasi kredit konsumsi, diikuti kredit modal kerja Rp 611 miliar.
Sedangkan kredit investasi hanya Rp 223 miliar atau 9,39 persen. Untuk sektor industri sendiri, kredit yang terserap hanya Rp 177 miliar. Dilihat dari perkembangan pemberian kredit memang ada peningkatan dari tahun ke tahun. Dari Desember 2004 hingga Agustus 2005 kredit yang disalurkan perbankan di NTT meningkat 17,3 persen. Peningkatan jumlah kredit yang disalurkan tersebut juga turut mendongkrak loan to deposit ratio (LDR) perbankan di NTT.
Disebutkan, dalam kurun waktu Desember 2004 sampai dengan Agustus 2005, LDR meningkat 54,9 persen. Meski ada peningkatan total kredit yang disalurkan dan LDR, namun belum mampu mendongkrak pendapatan per kapita masyarakat karena peningkatan terbesar bukan pada kredit investasi tetapi kredit modal kerja dan kredit konsumsi.
Dari 17,3 persen peningkatan kredit di NTT, 25,5 persen merupakan kredit modal kerja, diikuti kredit konsumsi 16,7 persen. Sedangkan kredit investasi hanya mengalami peningkatan 1,2 persen. Dengan mencermati data-data tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa kemauan perbankan untuk memberikan kredit investasi terutama sektor riil masih sangat rendah.

1 Comentário:

AMISHA mengatakan...

Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

Sosial Ekonomi Perikanan ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO